Oleh : Ahmad Mustaghfirin
Al-Qur'an merupakan firman Allah yang selanjutnya di jadikan pedoman hidup bagi kaum muslim. Di yakini bahwa tidak ada lagi keraguan di dalamnya (la raiba fiih). Al-Qur'an merupakan pemberi petunjuk kepada jalan yang lurus bagi setiap hambanya. Di dalamnya terkandung ajaran-ajaran pokok (prinsip dasar) yang menyangkut segala aspek kehidupan manusia yang dapat dikembangkan sesuai dengan nalar masing-masing bangsa, kapan pun masanya dan hadir secara fungsional memecahkan problem kemanusiaan, tidak terkecuali dunia pendidikan. Karena salah satu permasalah yang tidak sepi dari perbincangan umat adalah masalah pendidikan.
Berbicara masalah pendidikan
seakan tidak habis-habisnya sampai manusia itu sendiri lenyap dari permukaan bumi,
karena manusia wajib menjalani pendidikannya sejak dia dilahirkan sampai masuk ke
liang lahad, jasadnya larut ditelan bumi, dan rohnya kembali kepada sang
pencipta yaitu Allah SWT.
Segala cara dan upaya telah dilakukan oleh para elit politik pendidikan, namun sampai saat ini pendidikan masih dirasa belum mampu dinikmati hasilnya. Ketimpangan dan pengangguran masih terjadi dimana-mana. Untuk itu, pendidikan yang bagaimana yang dapat mencerahkan anak bangsa agar dapat mengarungi kerasnya kehidupan di dunia. Lalu bagaimana kata al-Qur'an mengenai pendidikan yang mencerahkan itu.
Secara tersurat dan tersirat tujuan yang hendak
dicapai dari pendidikan adalah penyucian diri guna mengabdi kepada sang Khaliq
atau dengan kata lain agar bertaqwa kepada-Nya sebagaimana yang tergambar dalam
QS. Al-Dzariyat 56. Sikap dan sifat takwa itu kemudian berimplikasi pada kemampuan
menjalankan fungsinya yakni selain sebagai hamba Allah juga sekaligus sebagai
pemimpin dimuka bumi sebagaimana yang tergambar dalam QS. Al-Baqarah. 30. Tentu
saja, dengan kompleksitas masalah dan problem yang ada di bumi ini menghendaki
peranan akal dan pikiran yang sempurna dalam memahami segala gejala alam yang
merupakan wahyu kauniyah sebagaimana dalam QS; 10:24. Dengan demikian
bisa dikatakan bahwa tujuan pendidikan dalam Al Quran adalah membina manusia
secara pribadi dan kelompok, sehingga mampu menjalankan fungsinya sebagai hamba
Allah SWT. dan kholifah-Nya, guna membangun dunia ini sesuai dengan konsep yang
diciptakan Allah (sunnatullah).
Al-Qur'an yang berstatus
sebagai mu'jizat yang kekal dan berlaku untuk seluruh ummat manusia, memberikan
dorongan semangat kepada manusia untuk selalu memperhatikan urusan hidupnya
baik yang berhubungan dengan kepentingan dunia maupun kepentingan akhirat. Sehingga
Islam mengecam kepada orang-orang yang hanya mengutamakan kepentingan dunia
semata atau pun sebaliknya. Namun tidak jarang suatu pendidikan justru keluar
dari tujuan penciptaan manusia serta menjadikan beban bagi manusia itu sendiri.
Terbukti sejalan dengan perkembangan zaman, dekadensi moral dan akhlak penimba
ilmu justru semakin menurun. Problem ini dilatar belakangi dari tujuan awal
dalam mencari ilmu, yaitu hanya sekedar mencari pengetahuan tanpa menyadari
hakikat dirinya sebagai makhluk yang diberi kelebihan untuk berfikir.
Allah Swt berfirman dalam Alquran (QS;13:11) yang
artinya : "Allah tidak akan merubah suatu bangsa sehingga mereka sendiri
merubah apa yang ada dalam dirinya". Termasuk yang ada di dalam diri
manusia itu seperti hati, fikir, dan rasa. Perunahan yang selalu mengarah pada
kebaikan bukan sebaliknya.
Membangun manusia yang cerdas dan terampil ini
merupakan bagian dari hakikat pembangunan nasional, yakni pembangunan manusia
seutuhnya dan manusia Indonesia seluruhnya. Kecerdasan
dan keterampilan satu sama lain saling melengkapi dan tidak dapat dipisahkan.
Kalau kecerdasan banyak berhubungan dengan kemampuan pikir dan nalar yang
berbasis pada akal atau rasio, maka keterampilan berkaitan dengan skill atau
keahlian yang dimiliki oleh seseorang. Sekalipun demikian, hubungan antara
gerakan fisik dan bisikan hati tetap menyatu dengan Allah sebagaimana dalam QS;8:17.
Begitu
juga, kekuatan spiritual tentunya tidak dapat melepaskan diri dari pengakuan
bahwa Tuhan adalah Esa. Tuhan yang Esa tersebut adalah tempat bergantung dan memohon.
Ini berlandaskan kepada Q.S. al-Ikhlas Ayat 1-2.
Pendidikan
yang dimaksud adalah pendidikan yang mengarah pada pembentukan manusia yang
berkualitas atau manusia seutuhnya yang lebih dikenal dengan istilah insan
kamil. Untuk menuju terciptanya insan kamil di atas, maka pendidikan yang
dikembangkan adalah pendidikan yang memiliki empat segi yaitu : olah kolbu,
olah pikir, olah rasa, dan olah raga.
Olah
Qolbu adalah pendidikan akhlak mulia dan berbudi pekerti luhur sehingga peserta
didik memiliki kepribadian yang unggul. Ini adalah aktualisasi dari potensi hati manusia dan merupakan bagian
pendidikan yang paling mendasar dan paling penting. Dalam istilah pendidikan,
hal itu termasuk merupakan aspek afeksi, yaitu bagaimana membangun manusia
berhati baik dan prakarsanya menjadi baik, yang ini semua tergantung atau
karena didasarkan pada niat yang baik, sebagaimana bunyi Hadits Nabi:
"semua perbuatan (amal) berangkat / tergantung dari kualitas
niatnya". Niat yang baik dan positif akan bisa
menjadikan manusia bersifat produktif. Inilah yang dalam istilah popular saat
ini disebut dengan kecerdasan spiritual.
Olah pikir berarti membangun manusia agar memiliki
kemandirian serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Olah pikir
berorientasi pada pembangunan manusia yang cerdas, kreatif dan inovatif. Olah
rasa bertujuan menghasilkan manusia yang apresiatif, sensitive, serta mampu
mengekspresikan keindahan dan kehalusan. Ini sangat penting karena tidak akan
ada rasa syukur manakala seseorang tidak memiliki apresiasi terhadap keindahan
dan kehalusan. Sedangkan olah raga merupakan proses pembangunan manusia
sehingga bisa menjadikan dirinya sebagai penopang bagi berfungsinya hati, otak
dan rasa.
Proses pendidikan di atas sejalan dengan QS. Ali
Imron (3): 191 yang artinya sebagai berikut:
"(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk
atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit
dan bumi: "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia,
Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka."
Itulah cermin manusia seutuhnya yang menggunakan hati dan fikirannya untuk
selalu berdzikir kepada Allah, bertafakur mengamati alam semesta, sehingga
sampai pada suatu kesimpulan bahwa Allah menciptakan alam semesta ini bukan
untuk main-main, tetapi dengan tujuan yang amat tinggi dan mulia yaitu tujuan
kehidupan manusia yang tidak berhenti di dunia ini saja, melainkan harapan dan
doa kehidupan yang sejahtera di akhirat kelak.
Langkah yang harus dilakukan untuk bisa mencapai
derajat manusia Idonesia yang bermartabat, cerdas, dan terampil atau
"insan kamil" atau manusia paripurna, adalah dengan mengembangkan
berbagai potensi yang ada pada diri manusia sesuai dengan fitrahnya, baik potensi
jasmani (yakni daging, tulang, otot, darah, dan sebagainya) maupun potensi
rohani (yaitu akal, akhlak, budi pekerti, kolbu atau bathin, firasat, rasa,
karsa, nafsu, dan sebagainya) harus dikembangkan secara seimbang, dijaga,
dibina, dan dikembangkan melalui suatu proses pendidikan sejak ia lahir sampai
berpulang ke rahmatullah.
Paradigma pendidikan dalam Alquran tidak lepas
dari tujuan Allah SWT menciptakan manusia itu seindiri, yaitu pendidikan
penyerahan diri secara ikhlas kepada sang Kholik yang mengarah pada tercapainya
kebahagiaan hidup dunia maupun akhirat, sebagaimna Firman-Nya dalam QS.
Adz-Dzariyat: 56 : "Tidak semata-mata kami ciptakan jin dan manusia
kecuali hanya untuk beribadah".
Pendidikan dalam perspektif Alquran dapat dilihat
bagaimana Luqman Al-Hakim memberikan pendidikan yang mendasar kepada putranya,
sekaligus memberikan contohnya, juga menunjukkan perbuatannya lewat pengamalan
dan sikap mental yang dilakukannya sehari-hari dalam rangka mendekatkan diri
kepada Allah SWT. Diantara wasiat pendidikan 'monumental' yang dicontohkan
Luqman lewat materi bi al lisan dan dilakukannya lewat bi al 'amal terlebih
dahulu adalah: "Jangan sekali-kali menyekutukan Allah, berbuat baiklah
kepada kedua orang tua, jangan mengikuti seruan syirik, ingatlah bahwa manusia
itu pasti mati, hendaklah kita tetap merasa diawasi oleh Allah, hendaklah
selalu mendirikan sholat, kerjakan selalu yang baik dan tinggalkan perbuatan
keji, jangan suka menyombongkan diri, sederhanalah dalam bepergian, dan
rendahkanlah suaramu". (QS;31:12-15).
Walaupun sederhana materi dan
metode yang diajarkan Luqman Al-Hakim kepada putranya termasuk kepada kita
semua yang hidup di zaman modern ini, namun betapa cermat dan mendalam filosofi
pendidikan serta hikmah yang dimiliki Luqman untuk dapat dipelajari oleh
generasi berikutnya sampai akhir zaman. Bahwa pendidikan tidak hanya mengarah
pada kemantapan akal dan fisik semata tapi juga bersatu padu dengan kemampuan
olah kalbu sebagai inti dari pikiran. Mungkin berangkat dari inilah pendidikan yang
menekankan terhadap kecerdasan manusia, yaitu kecerdasan IQ, EQ dan SQ berjalan
secara beriringan yang akan menjanjikan satu kehidupan yang sarat dengan makna.
Ada kepuasan hidup, kedamaian, kebahagiaan dan ketentraman hati yang bisa
diraih baik di dunia maupun di akhirat kelak, sebagaimana terdapat di dalam QS.
Al-Qashash[28]:77.
Wallahu A'lam...
No comments:
Post a Comment