Monday, October 24, 2011

PENDIDIKAN YANG MENCERAHKAN MENURUT AL-QUR'AN


Oleh : Ahmad Mustaghfirin

Al-Qur'an merupakan firman Allah yang selanjutnya di jadikan pedoman hidup bagi kaum muslim. Di yakini bahwa tidak ada lagi keraguan di dalamnya (la raiba fiih). Al-Qur'an merupakan pemberi petunjuk kepada jalan yang lurus bagi setiap hambanya. Di dalamnya terkandung ajaran-ajaran pokok (prinsip dasar) yang menyangkut segala aspek kehidupan manusia yang dapat dikembangkan sesuai dengan nalar masing-masing bangsa, kapan pun masanya dan hadir secara fungsional memecahkan problem kemanusiaan, tidak terkecuali dunia pendidikan. Karena salah satu permasalah yang tidak sepi dari perbincangan umat adalah masalah pendidikan.
Berbicara masalah pendidikan seakan tidak habis-habisnya sampai manusia itu sendiri lenyap dari permukaan bumi, karena manusia wajib menjalani pendidikannya sejak dia dilahirkan sampai masuk ke liang lahad, jasadnya larut ditelan bumi, dan rohnya kembali kepada sang pencipta yaitu Allah SWT.

Segala cara dan upaya telah dilakukan oleh para elit politik pendidikan, namun sampai saat ini pendidikan masih dirasa belum mampu dinikmati hasilnya. Ketimpangan dan pengangguran masih terjadi dimana-mana. Untuk itu, pendidikan yang bagaimana yang dapat mencerahkan anak bangsa agar dapat mengarungi kerasnya kehidupan di dunia. Lalu bagaimana kata al-Qur'an mengenai pendidikan yang mencerahkan itu.
Secara tersurat dan tersirat tujuan yang hendak dicapai dari pendidikan adalah penyucian diri guna mengabdi kepada sang Khaliq atau dengan kata lain agar bertaqwa kepada-Nya sebagaimana yang tergambar dalam QS. Al-Dzariyat 56. Sikap dan sifat takwa itu kemudian berimplikasi pada kemampuan menjalankan fungsinya yakni selain sebagai hamba Allah juga sekaligus sebagai pemimpin dimuka bumi sebagaimana yang tergambar dalam QS. Al-Baqarah. 30. Tentu saja, dengan kompleksitas masalah dan problem yang ada di bumi ini menghendaki peranan akal dan pikiran yang sempurna dalam memahami segala gejala alam yang merupakan wahyu kauniyah sebagaimana dalam QS; 10:24. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa tujuan pendidikan dalam Al Quran adalah membina manusia secara pribadi dan kelompok, sehingga mampu menjalankan fungsinya sebagai hamba Allah SWT. dan kholifah-Nya, guna membangun dunia ini sesuai dengan konsep yang diciptakan Allah (sunnatullah).
Al-Qur'an yang berstatus sebagai mu'jizat yang kekal dan berlaku untuk seluruh ummat manusia, memberikan dorongan semangat kepada manusia untuk selalu memperhatikan urusan hidupnya baik yang berhubungan dengan kepentingan dunia maupun kepentingan akhirat. Sehingga Islam mengecam kepada orang-orang yang hanya mengutamakan kepentingan dunia semata atau pun sebaliknya. Namun tidak jarang suatu pendidikan justru keluar dari tujuan penciptaan manusia serta menjadikan beban bagi manusia itu sendiri. Terbukti sejalan dengan perkembangan zaman, dekadensi moral dan akhlak penimba ilmu justru semakin menurun. Problem ini dilatar belakangi dari tujuan awal dalam mencari ilmu, yaitu hanya sekedar mencari pengetahuan tanpa menyadari hakikat dirinya sebagai makhluk yang diberi kelebihan untuk berfikir.
Allah Swt berfirman dalam Alquran (QS;13:11) yang artinya : "Allah tidak akan merubah suatu bangsa sehingga mereka sendiri merubah apa yang ada dalam dirinya". Termasuk yang ada di dalam diri manusia itu seperti hati, fikir, dan rasa. Perunahan yang selalu mengarah pada kebaikan bukan sebaliknya.
Membangun manusia yang cerdas dan terampil ini merupakan bagian dari hakikat pembangunan nasional, yakni pembangunan manusia seutuhnya dan manusia Indonesia seluruhnya. Kecerdasan dan keterampilan satu sama lain saling melengkapi dan tidak dapat dipisahkan. Kalau kecerdasan banyak berhubungan dengan kemampuan pikir dan nalar yang berbasis pada akal atau rasio, maka keterampilan berkaitan dengan skill atau keahlian yang dimiliki oleh seseorang. Sekalipun demikian, hubungan antara gerakan fisik dan bisikan hati tetap menyatu dengan Allah sebagaimana dalam QS;8:17.
Begitu juga, kekuatan spiritual tentunya tidak dapat melepaskan diri dari pengakuan bahwa Tuhan adalah Esa. Tuhan yang Esa tersebut adalah tempat bergantung dan memohon. Ini berlandaskan kepada Q.S. al-Ikhlas Ayat 1-2.
Pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan yang mengarah pada pembentukan manusia yang berkualitas atau manusia seutuhnya yang lebih dikenal dengan istilah insan kamil. Untuk menuju terciptanya insan kamil di atas, maka pendidikan yang dikembangkan adalah pendidikan yang memiliki empat segi yaitu : olah kolbu, olah pikir, olah rasa, dan olah raga.
Olah Qolbu adalah pendidikan akhlak mulia dan berbudi pekerti luhur sehingga peserta didik memiliki kepribadian yang unggul. Ini adalah aktualisasi dari potensi hati manusia dan merupakan bagian pendidikan yang paling mendasar dan paling penting. Dalam istilah pendidikan, hal itu termasuk merupakan aspek afeksi, yaitu bagaimana membangun manusia berhati baik dan prakarsanya menjadi baik, yang ini semua tergantung atau karena didasarkan pada niat yang baik, sebagaimana bunyi Hadits Nabi: "semua perbuatan (amal) berangkat / tergantung dari kualitas niatnya". Niat yang baik dan positif akan bisa menjadikan manusia bersifat produktif. Inilah yang dalam istilah popular saat ini disebut dengan kecerdasan spiritual.
Olah pikir berarti membangun manusia agar memiliki kemandirian serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Olah pikir berorientasi pada pembangunan manusia yang cerdas, kreatif dan inovatif. Olah rasa bertujuan menghasilkan manusia yang apresiatif, sensitive, serta mampu mengekspresikan keindahan dan kehalusan. Ini sangat penting karena tidak akan ada rasa syukur manakala seseorang tidak memiliki apresiasi terhadap keindahan dan kehalusan. Sedangkan olah raga merupakan proses pembangunan manusia sehingga bisa menjadikan dirinya sebagai penopang bagi berfungsinya hati, otak dan rasa.
Proses pendidikan di atas sejalan dengan QS. Ali Imron (3): 191 yang artinya sebagai berikut:
"(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi: "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka."
Itulah cermin manusia seutuhnya yang menggunakan hati dan fikirannya untuk selalu berdzikir kepada Allah, bertafakur mengamati alam semesta, sehingga sampai pada suatu kesimpulan bahwa Allah menciptakan alam semesta ini bukan untuk main-main, tetapi dengan tujuan yang amat tinggi dan mulia yaitu tujuan kehidupan manusia yang tidak berhenti di dunia ini saja, melainkan harapan dan doa kehidupan yang sejahtera di akhirat kelak.
Langkah yang harus dilakukan untuk bisa mencapai derajat manusia Idonesia yang bermartabat, cerdas, dan terampil atau "insan kamil" atau manusia paripurna, adalah dengan mengembangkan berbagai potensi yang ada pada diri manusia sesuai dengan fitrahnya, baik potensi jasmani (yakni daging, tulang, otot, darah, dan sebagainya) maupun potensi rohani (yaitu akal, akhlak, budi pekerti, kolbu atau bathin, firasat, rasa, karsa, nafsu, dan sebagainya) harus dikembangkan secara seimbang, dijaga, dibina, dan dikembangkan melalui suatu proses pendidikan sejak ia lahir sampai berpulang ke rahmatullah.
Paradigma pendidikan dalam Alquran tidak lepas dari tujuan Allah SWT menciptakan manusia itu seindiri, yaitu pendidikan penyerahan diri secara ikhlas kepada sang Kholik yang mengarah pada tercapainya kebahagiaan hidup dunia maupun akhirat, sebagaimna Firman-Nya dalam QS. Adz-Dzariyat: 56 : "Tidak semata-mata kami ciptakan jin dan manusia kecuali hanya untuk beribadah".
Pendidikan dalam perspektif Alquran dapat dilihat bagaimana Luqman Al-Hakim memberikan pendidikan yang mendasar kepada putranya, sekaligus memberikan contohnya, juga menunjukkan perbuatannya lewat pengamalan dan sikap mental yang dilakukannya sehari-hari dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah SWT. Diantara wasiat pendidikan 'monumental' yang dicontohkan Luqman lewat materi bi al lisan dan dilakukannya lewat bi al 'amal terlebih dahulu adalah: "Jangan sekali-kali menyekutukan Allah, berbuat baiklah kepada kedua orang tua, jangan mengikuti seruan syirik, ingatlah bahwa manusia itu pasti mati, hendaklah kita tetap merasa diawasi oleh Allah, hendaklah selalu mendirikan sholat, kerjakan selalu yang baik dan tinggalkan perbuatan keji, jangan suka menyombongkan diri, sederhanalah dalam bepergian, dan rendahkanlah suaramu". (QS;31:12-15).
Walaupun sederhana materi dan metode yang diajarkan Luqman Al-Hakim kepada putranya termasuk kepada kita semua yang hidup di zaman modern ini, namun betapa cermat dan mendalam filosofi pendidikan serta hikmah yang dimiliki Luqman untuk dapat dipelajari oleh generasi berikutnya sampai akhir zaman. Bahwa pendidikan tidak hanya mengarah pada kemantapan akal dan fisik semata tapi juga bersatu padu dengan kemampuan olah kalbu sebagai inti dari pikiran. Mungkin berangkat dari inilah pendidikan yang menekankan terhadap kecerdasan manusia, yaitu kecerdasan IQ, EQ dan SQ berjalan secara beriringan yang akan menjanjikan satu kehidupan yang sarat dengan makna. Ada kepuasan hidup, kedamaian, kebahagiaan dan ketentraman hati yang bisa diraih baik di dunia maupun di akhirat kelak, sebagaimana terdapat di dalam QS. Al-Qashash[28]:77.
Wallahu A'lam...

No comments:

Post a Comment