Buku "Islam di Asia Tengah" hasil buah karya M. Abdul Karim ini telah menghadirkan sebuah sejarah Islam di Mongol yang menempati Asia Tengah dan sekitarnya. Buku ini berisi delapan bab, yakni:
Bab I. Pendahuluan
Bab awal ini menjelaskan tentang asal usul bangsa Mongol dan sejarah kekuasaan bangsa Mongol. Perlu diketahui bahwa, Bangsa Mongol merupakan bangsa yang memiliki kebudayaan yang tinggi dan tak ternilai sumbangannya bagi peradaban dunia, khususnya Islam. Keberadaannya muncul sekitar akhir abad XII dan awal abad XIII M yang merupakan entitas masyarakat yang mendiami hutan Siberia dan Mongolia Luar yang merupakan wilayah di antara gurun pasir Gobi dan Danau Baikal. Mereka keturunan bangsa Tartar dan taat kepada pimpinan serta terkenal pemberani namun tidak beradab.
Karya besar ini merupakan sumbangan bagi ilmu pengetahuan khususnya bidang sejarah mengingat sejarah bangsa Mongol masih jarang di jelaskan dengan rinci oleh penulis-penulis sebelumnya. Penelitian ini merupakan penelitian pustaka yang obyek kajiannya adalah buku-buku atau literatur. Buku yang dijadikan rujukan oleh penulis diantaranya; Bartold Spuler, History of The Mongol (Based on Eastern and Wester Accounts of the Thirteenth and Fourteenth Centuries), 1972. E. G. Browne, A Literary History of Persia, Vol. III, 1951. Ann K. S. Lambton, Continuity and Change in Mediavel Persia, Aspect of Admis\nistrative, economic and Social History 11th – 14th Century, 1988. K. Ali, Muslim Wa Adhunik Bishsher Itihash, 1979.
Rupanya, metode yang dipakai penulis dalam masalah ini adalah metode holistic. Selain itu, penguasaan penulis terhadap metode induksi, deduksi, refleksi dan metode komparasi tak bisa diabaikan sebagai bentuk penulisan dan penyusunan buku ini selanjutnya.
Bab II. Awal Islamisasi Di Asia Tengah
Pada bab ini, diterangkan tentang Islamisasi di Asia Tengah yang dimulai sejak Khulafa al-Rasyidun, Dinasti Umayyah dan Dinasti Abbasyiah.
1. Masa al-Khulafa al-Rasyidun
Sebelum Khulafa al-Rasyidun, Nabi Muhammad telah menyebarkan selama 23 tahun; 10 tahun di Makkah dan 13 tahun di Madinah. Berkat kearifan dan kebijaksanaan beliau, Islam tersebar luas ke luar Arab bahkan sampai ke pelosok dunia. Keberhasilan ini karena Islam menggunakan prinsip al-Qur'an yaitu "tidak ada paksaan dalam agama". Disamping itu juga, sebelum Islam kota Makkah merupakan pusat pertemuan pedagang internasional dan penghubung empat jalur perdagangan antar bangsa yaitu dari Abysinia, Syam, Aden, dan dari Hira. Disamping berdagang, mereka menyebarkan dengan cara berasimilasi dengan penduduk setempat.
Perjuangan Nabi dilanjutkan oleh Abu Bakar. Dengan kebijaksanaannya, dalam kurun waktu dua tahun lebih Abu Bakar berhasil menyatukan kembali seluruh jazirah Arab dan diberi gelar Abu Bakar is the savior of Islam after propet Muhammad (sang penyelamat Islam pertama setelah Rasulullah wafat).
Tampuk kekhalifahan selanjutnya dipegang oleh Umar bin Khattab. Beliau menggunakan kekuatan militer untuk memperluas daerah kekuasaannya sehingga satu persatu pasukan Islam menguasai Suriah, Persia, Mesir dan juga menaklukkan daerah Asia Tengah seperti Mousul, Khurasan, wilayah utara Mesopotamia sampai Ispahan dan Sijistan.. Keberhasilan ini karena semangat yang dilontarkan oleh panglimanya bahwa "surga ada didepan mereka dan neraka ada dibelakang mereka".
Kekhalifahan selanjutnya beralih ke tangan Utsman bin Affan. Pada masa ini, peta Islam meluas sampai ke jantung Asia Tengah. Diantara kota-kota yang berhasil ditaklukkan adalah; Balakh, Turkistan, Herat, Kabul, Ghazni, Nishapur, Tush, dan Marv.
2. Masa Dinasti Umayyah di Damaskus
Tidak berbeda dengan khalifah sebelumnya bahwa pada masa Dinasti ini, ekpansi dan perluasan kekuasaan merupakan ciri dari Dinasti Umayyah. Pada masa khalifah Umar bin Abd al-Aziz (Umar II), khalifah yang tidak melakukan ekspansi. Kebijakan pemerintahan dipusatkan untuk membangun, mengislamkan negara dan rakyat serta membangun negara secara moril, berkeadilan dan penegakan hukum. Ini terbukti dengan digantinya beberapa pejabat pemerintahan yang telah melakukan KKN termasuk Yazid bin Muhallab. Umar bin Abd al-Aziz bisa dibilang satu-satunya khalifah Umayyah yang mampu meredam konflik antar golongan-sekte.
Kemajuan Umayyah diperoleh semasa kekhalifahan Abd. Malik bin Marwan. Kemudian puncak keemasan dicapai pada masa khalifah al-Walid bin Abd Malik. Kejayaan ini ketika Qutaybah sebagai gubernur di Khurasan. Periode ini merupakan periode kemenangan, kemakmuran dan kejayaan. Berkat prilaku yang baik dan terpuji dari seorang Qutaybah, berdirilah kantong-kantong muslim di Turki, Asia Tengah dan China, dan ia merupakan simbol penyelamat dan penyatu suku-suku yang bertikai.
Dinasti Umayyah diambang kehancuran ketika khalifah XIV tetap mempertahankan Sayyar untuk menjadi penguasa di Khurasan. Hal ini disebabkan kebijakannya yang diskriminatif yang secara tidak langsung menggoyahkan kedaulatan Umayyah. Kondisi ini dimanfaatkan oleh Abu Muslim dari golongan Abbasiah untuk menjatuhkan kekuasaan Sayyar di Khurasan.
3. Masa Dinasti Abbasiah
Nyaris tidak ada bedanya dengan Dinasti Umayyah, pada Dinasti Abbasiah pun terjadi pergolakan dalam urusan politik. Misalnya, terbunuhnya sang proklamator Dinasti Abbasiyah oleh Abu Ja'far al-Mansur. Ketika khalifah al-Ma'mun, ia berhasil menguasai musuh-musuh di Mesapotamia dan Khurasan dengan menugaskan Tahir bin Husain dalam pengamanan wilayah tersebut. Keberhasilan lain masa al-Ma'mun yaitu telah berhasil mengislamkan penguasa Kabul. Masa al-Ma'mun merupakan masa kejayaan ilmu pengetahuan dan asimilasi budaya timur dan barat dengan arab. Kepercayaan pemerintah pusat terhadap wilayah kekuasaannya (otonomi) terkadang menjadi bumerang bagi stabilitas politik. Instabilitas politik bukan hanya disebabkan oleh diskriminatif namun juga disebabkan oleh kecerobohan dan kelemahan pemerintah pusat. Setelah khalifah al-Ma'mun wafat sampai khalifah terahir Abbasiyah, telah berdiri Dinasti-dinasti yang merdeka yaitu; Dinasti Tahiriah.
Pendiri dinasti Tahiriah adalah panglima perang al-Ma'mun yaitu Tahir ibn Husain yang memainkan peranan penting saat saat terjadi perang saudara antara al-Amin dan al-Ma'mun. Setelah Tahir mendapatkan jaminan dari Menteri Ahmad bin Abu Khalid dan di angkat menhadi Gubernur di Khurasan dan mendirikan Dinasti di Khurasan dengan menggunakan namanya sendiri yaitu Dinasti Tahiriah. Dinasti lain yang berdiri adalah dinasti Saffariah yang beribu kota di Sizistan, dan berhasilkan mengalahkan dinasti Tahiriah. Dinasti ini didirikan oleh Yaqub Bin Laits, seorang pandai besi dan penjahat kakap yang diangkat sebagai panglima perang oleh utusan khalifah Abbasiah di Baghdad yang justru berbalik arah menggoyahkan stabilitas kekhalifahan di Baghdad.
Kemudian Dinasti Samaniah yang berasal dari saman, seorang pengikut agama Joraster di Balkh. Sebenarnya dinasti ini sudah ada disaat dinasti Tahiriah dan Saffariah berdiri. Dinasti ini juga mengalahkan dinasti saffariah dan akhirnya menjadi dinasti besar dan menguasai wilayah Sizistan, Karman, Hurzan, Tabaristan, Arab-Khurasan, Dan Transoxiana. Walau pun besar, dinasti Dinasti tetap mengakui khalifah di Baghdad untuk mendapakan legitimasi. Ilmu pengtahuan pada masa ini maju pesat dan menjadikan ibu kotanya yaitu Bukhara dan Samarkand sebagai pusat ilmu pengetahuan. Al-Razi, seorang ahli kedokteran muncul pada masa pangeran Abu Shaleh mansur bin Iskhak dan mengabdikan karya monumentalnya dengan judul al-mansuri.
Selanjutnya Dinasti Ghazni. Sejarah munculnya dinasti ini disaat budak-budak turki mendapat posisi strategis dalam pemerintahan Samaniah yang kurang mendapat perhatian dari pemerintah pusat. Kesempatan ini dimanfaatkan pindah ke Timur untuk menggalang kekuatan dan mendirikan dinasti sendiri, yaitu Dinasti Ghazni (sekarang Afghanistan yang merdeka). Penguasa yang terkenal adalah Sultan Mahmud Ghaznawi yang pernah menaklukkan India sebanyak 17 kali dan memperoleh kemenangan yang luar biasa. Gelar Sultan ia peroleh dari Dinasti Abbasiah semasa khlaifah Qadir Billah. Sebagian wilayah Asia Tengah dan Persia pernah ia kuasai, seperti Iraq, al-Ray dan Ispahan dari Dinasti Buwayhia. Dalam sejarah inilah pengaruh persia dihilangkan dari istana. Namun karena pengaruh lemahnya penguasa, dinasti ini akhirnya terbagi dalam beberapa wilayah kekuasaan yaitu di Timur telah berdiri kesultanan Ghuri yang akhirnya hilang dari peta Asia dan di Barat laut dikuasai oleh Dinasti Khan dan Persia oleh dinasti Saljuq.
Pada masa Abbasiah, muncul dinasti Saljuq. Dinasti ini merupakan kekuatan turki yang berada di daerah antara Kirghiztan dan Bukhara. Dibawah pimpinan Tughril Beg dinasti ini berhasil mengalakan kekuatan turki cabang lain yaitu dinasti Ghazni di Merv. Kekuasaan Dinasti Saljuq merambah sampai Hamadan, Tabaristan, Ray, Ispahan dan lain-lain. Keberhasilan lain yg telah dicapai dinasti Saljuq adalah berhasil membebaskan Khlaifah dari kepungan panglima perang Basasiri semasa sultan Baha al-Daulah dari Dinasti Buwayhia, sehingga Tughril diberi gelar Sultan al-Masyariq wa al-Magharib dan memerintah secara defacto, bahkan kekuasaannya lebih luas dibanding Khalifah Baghdad. Dinasti Buwayhia merupakan salah satu dinasti yang dicatat sejarah sebagai dinasti terburuk pada masa Abbasiah yaitu menyebut nama pendirinya (Ahmad Ibn Abu Shuza' yang bergelar Mu'iz al-Daulah) dalam khutbah jum'at, mencetak mata uang atas namanya, membunuh kedaulatan khalifah dengan cara mencukil matanya.
Bab III. Sejarah Bangsa Mongol
Daerah kekuasaan Mongol sangatlah luas yaitu dari China di Timur sampai Rusia dibagian barat bahkan sampai ke Eropa termasuk Asia Tengah bahkan pernah sampai ke Indonesia. Akibat perluasan daerah mongol, tidak sedikit rakyat menjadi korban termsuk peradaban dunia, peradaban Islam pun tidak luput dari keganasan bangsa mongol. Pada bab ini menjelaskan tentang asal usul bangsa Mongol, khususnya sosok Chengis Khan dengan dunia Islam.
A. Asal-usul bangsa Mongol
Nama "Mongol" ini berasal dari bahasa China; Mong (pemberani), mereka muncul bersamaan dengan bangsa Hun.. Bangsa Mongol muncul pada akhir abad XII dan awal abad XIII M. Mereka merupakan masyarakat hutan yang mendiami hutan Siberia dan Mongolia Luar dan termasuk keturunan bangsa Tartar. Maka wajar kalau di Asia Tengah mereka terkenal dengan bangsa Tartar. Dan tartar berasal dari kata china yaitu T'ta atau T'tzi. Jumlah mereka terbagi menjadi ratusan suku, dan yang terkenal adalah Nayman, Kerait, dan Merakait. Namun dilihat dari kemajuannya, meraka terbagi menjadi tiga suku besar yaitu White Tartar, Red Tartar dan Wild Tartar. Sedangkan Chengis Khan lahir dari suku Red Tartar.
Kehidupan mereka sangat sederhana seperti memburu binatang, menggembala domba dan memakai kulit binatang untuk menutupi aurat. Mereka terkenal pemberani, ahli perang dan tahan sakit. Dari sisi budaya, perampokan menjadi tradisi umum bagi mereka. Karena jiwa pemberaninya telah menguasai jiwanya hingga tidak mengenal adab yang baik, hidup mereka tidak bersih. Sedangkan dari sisi relegi, mereka menyembah matahari saat terbit. Walau pun demikian, mereka sangat patuh kepada pemimpin atau kepala suku.
B. Chengis Khan dan dunia Islam
Pada tahun 1206, Chengis Khan (1162) yang merupakan putra dari Yesugey Ba'atur (Ishujayi/Isyugayi) dengan Helena Khatun. Nama kecilnya adalah Temucin (baja yang kuat), yang lahir di Daeyliun Buldagha, di tepi sungai Onon. Ayahnya merupakan pemimpin suku Mongol dan berhasil mengalahkan suku Tartar dibawah pimpinan Temujin Uji, maka anaknya dinamakan Temucin. Chengis terpilih sebagai pimpinan tertinggi Bangsa Mongol dengan gelar Alexander For Asia. Mongol awalnya didirikan oleh kakeknya yaitu Kabul Khan dari keluarga bangsawan dengan gelar Kakan. Chengis merupakan pemimpin militer tangguh, administrator dan seorang perancang yang sangat hati-hati dan menjalankan peraturan yang keras bagi anak buahnya. Ia juga seorang inovator militer terbesar sepanjang sejarah manusia. Ia merupakan pengikut kepercayaan animisme, penyembah Tengri.
Dalam kepemimpinannya, ia berusaha memperbaiki moral masyarakatnya dengan membuat undang-undang, yakni Ulang Yassa yang berfungsi untuk memberi landasan guna menghadapi tantangan dan memperluas wilayahnya. Ekpansi Chengis Khan sampai ke dataran China, Turkistan, sebagian India, Persia, Asia Minor dan Eropa Timur. Keturunan Chengis Khan dalam sejarah dunia Islam telah meninggalkan pengaruh yang sangat besar termasuk peradaban umat manusia. Kemenangan Chengis Khan dalam menumpas lawan-lawannya seperti bangsa Tartar, Jamuka tidak terlepas oleh bantuan Tugril, Wong Khan, dan penguasa Keen di China Utara.
C. Mongol setelah meninggalnya Chengis Khan
Kekuasaan Chengis Khan dilanjutkan oleh ke empat putranya yaitu Jochi, Chaghtai, Oghtai (sebagai Khan Agung) dan Touly. Jochi berhasil menaklukkan lembah Sungai Volgha dan Siberia yang dipimpin oleh putranya yaitu Batu dan merintis Dinasti Kipcak atau Golden Horde yang berkembang pesat. Dinasti ini berhasil menaklukkan Rusia, Polandia dan sekitarnya. Golden Horde berlangsung cukup lama dan mencapai puncak kejayaannya pada masa kepemimpinan Berke, Tokhtamis, dan Uzbeg Khan. Dinasti ini bertahan sampai tahun 1502 dan runtuh akibat kekalahan dari Rusia.
Sedangkan Chaghtai menyerbu Asia Tengah sehingga dikenal dengan Dinasti Chaghtai. Namun dalam perkembangan selanjutnya, Dinasti ini mengalami kemunduran yang disebabkan oleh pergantian kekuasaan. Akhirnya, kekuasaan ini diambil alih oleh Timur Lang (keturunan Chengis dari garis ibu dan keturunan Turki dari garis ayah) yang merupakan pemimpin sejati, kekuasaannya dikenal dengan nama Timuriah.
Putra bungsu Chengis yaitu Touly adalah pemimpin besar. Putranya yang bernama Hulagu Khan mendirikan Dinasti Ilkhan yang turun temurun dipimpin oleh Hulagu, Abagha, dan Tagudar setelah Tagudar masuk Islam, ia berganti nama Ahmad. Selanjutnya pada penguasa Ilkhan VII (Ghazan Khan), peradaban Islam mencapai puncak kejayaannya dan merupakan era keemasan setelah runtuhnya Baghdad.
Bab IV Dinasti Changtai (1227 – 1359)
Chaghtai merupakan putra kedua chengis yang taat terhadap UUD dan hormat terhadap sistem namun ia membenci Islam walaupun salah seorang menterinya beragama Islam, sehingga orang Islam pun tidak menyukainya. Dinasti ini berdiri di Asia Tengah tepatnya di Transoxiana karena salah satu keturunannya menolak kedaulatan Khan Agung. Dinasti ini tidak serta merta berjalan mulus karena konflik dan pertikaian internal keluarga yang saling menjatuhkan sering terjadi.
Pada masa Orghana, orang-orang Islam baru mendapatkan perhatian dari penguasa sehingga ada yang mengatakan bahwa ia telah masuk Islam. Fakta ini dibuktikan dengan penamaan kepada putranya dengan nama Islam yaitu Mubarak Shah. Dicatat dalam sejarah bahwa pada masa Dinasti Chaghtai yaitu Khan Kabak adalah seorang pemimpin yang adil walaupun ia bukan seorang muslim dan Tarmashirin (alauddin) yang paling populer dan berhasil menjalankan roda pemerintahan, dan Tura Khan adalah pemimpin yang paling lemah.
Sejarah juga mencatat bahwa penguasa yang tidak kalah terkenalnya adalah Timur Lang, ia merupakan komandan yang jitu, handal, pemberani dan sangat ditakuti oleh lawan-lawannya. Timur Lang merupakan seorang yang ambisius atas wilayah kekuasaan seperti perkataannya bahwa penguasa di dunia ini hanya satu yaitu dia. Tumpukan 70.000 tengkorak manusia dijadikan menara pernah diukirnya ketika penyerbuan ke kota Ispahan. Perjalanannya penuh rintangan dan berliku, ia berhasil menguasai wilayah muslim maupun bukan, diantaranya Persia, Sizistan, Ajarbyzan, Bagdad, India, Turki dan Georgia. Ia juga menaklukkan Dinasti Golden Horde yang telah berkuasa selama 150 tahun. Namun akhirnya perjalanan Timur Lang berakhir ketika mau menyerang China.
Berbeda dengan ayahnya (Timur), Shahrukh tidak ingin memperluas daerah kekuasaan sehingga daerah kekuasaan yang telah ditaklukkan oleh Timur semakin menyempit karena para penerusnya lebih mementingkan kemajuan ilmu pengetahuan dan lemah dalam ilmu pemerintahan. Shahrukh membangun daerah menjadi makmur dan mendirikan lembaga-lembaga dibidang ilmu pengetahuan. Ia terkenal sebagai sultan yang 'abid namun akhirnya terbunuh setelah selesai menjalankan sholat. Pada masa Abu Sa'id (cucu Timur), kalangan sufi dan alim ulama berkumpul sehingga periode ini merupakan masa kejayaan tarekat. Para tokoh penyair, pelukis dan ilmuwan banyak bermunculan pada masa penguasa Timuriah terahir yaitu Baykara, cucu Shahrukh.
Kekuasaan yang asalnya sangat luas akhirnya semakin menyempit karena pengganti Timur Lang tidak memperluas wilayah dan lebih berkonsentrasi kepada ilmu pengetahuan dan budaya, sedangkan dalam urusan negara, mereka sangat lemah praktis hanya Shahrukh yang ahli dalam administrasi negara. Namun kemampuannya tidak mampu membendung serangan Safawiah yang muncul pada abad XVI M. Dinasti Chagthai telah menoreh dan mencapai keberhasilan yang gemilang dengan menaklukkan beberapa wilayah dan merajai Asia Tengah dan Afghanistan. Islam pun berkembang maju karena syari'at Islam telah diterapkan.
Bab V Golden Horde (1256 – 1391)
Dinasti Gonden Horde merupakan dinasti yang paling lama berkuasa dan mampu membawa kejayaan dalam peradaban di Asia dan Eropa dalam sejarah dinasti Mongol. Gonden Horde berkuasa disekitar Lembah sungai Embu dan danau Ural, merupakan keturunan Batu yaitu pendiri Dinasti Kipcak/Gonden Horde yang merupakan putra Jochi, anak pertama Chengis, kemudian sekarang keturunannya dikenal dengan bangsa Turki. Menurut sejarah, keislaman Berke yang merupakan putra dari Batu terjadi ketika ia mendapat banyak pelajaran dari pedagang Islam yang menemaninya ketika pulang berkunjung dari Bukhara. Namun sejarah lain menjelaskan bahwa Berke telah masuk Islam sejak kecil dan belajar tentang Islam dari seorang ulama di kota Khoujand.
Semasa kekuasaan dibawah pimpinan Berke (penghapus Yassa dan menggantikannya dengan syariat Islam), ia bersekutu dengan sultan Mamluk dari Mesir dan mengirim 200 tentara ke Mesir guna melawan sepupunya Hulagu ketika menjadi Ilkhan dan putra sulungnya yaitu Abaga, keduanya merupakan ancaman bagi Islam karena mereka seorang ateis, kemenangan pun berpihak kepada Berke. Latar belakang perselisihan antara Berke dan Hulagu adalah masalah perbedaan agama dan politik bilateral yang dibangun Berke dengan Khalifah Abbasiah dan sultan Mamluk.
Dalam sejarah dicatat bahwa kehancuran pusat Islam di Baghdad disebabkan oleh gangguan kelompok Asasin yang merupakan anak cabang Syi'ah Isma'iliah serta konflik antara Syi'ah dan Sunni sehingga konflik tersebut melemahkan kekuatan Islam sendiri. Mula-mula Hulagu mengalahkan Asasin, kemudian melanjutkan ke wilayah Baghdad. Dalam penyerangan yang brutal ini telah menelan korban sebanyak 800.000 orang dan khalifah Abbasiah, al-Mu'tasim pun terbunuh. Baghdad pun akhirnya jatuh ketangan Hulagu serta menguasai Syiria. Penyerangan dilanjutkan ke Kairo (pusat peradaban II) namun penyerangan ini mengalami kekalahan karena panglima perang tidak lagi dibawah komando Hulagu dan pasukan Mesir mendapatkan bantuan tentara dari Berke.
Sepeninggal Berke yang paling menorehkan sejarah atas kejayaan Islam adalah Uzbek Khan (Ghias al-Din Uzbeg) yang naik tahta di Sarai Baru, ia berhasil menjadikan orang-orang mongol menjadi muslim termasuk keturunannya. Ia memerintah negerinya dengan damai dan menjadikan rakyatnya sejahtera dan sekarang wilayah ini di kenal dengan nama Uzbegistan. Pemerintahannya merupakan masa kejayaan Golden Horge. Seperti sejarah sebelumnya bahwa pemberontakan selalu terjadi ditubuh istana dan pertikaian antar keluarga selalu menghiasi dalam rangka perebutan kekuasaan sampai tampuk kepemimpinan terahir keturunan Batu dibawah tangan Nawroz. Selanjutnya muncul penguasa baru yaitu Mamai, Duke, Tokhtamis keturunan Wardah. Kehayaan Kipcap mendapatkan kejayaan kembali setelah kekuasaan di pegang oleh Idhiku, lagi-lagi kekuasaan ini tidak bertahan lama karena masalah kekuasaan.
Setelah dinasti Golden Horge mulai lemah serta kejayaan Islam di Rusia berahir, muncullah dinasti-dinasti kecil. Dinasti-dinasti ini disebut Tatar yang berasal dari keturunan sahabat Jochi. Misalnya Dinasti Kazan yang didirikan oleh Ulugh Muhammad Khan di lembah sungai volga yang merupakan keturunan Batu. Dinasti ini maju, terkenal dan mencapai puncak kejayaannya disaat pimpinan dipegang oleh Muhammad Amin. Dinasti lain yang muncul setelah Kazan adalah Austrakhan. Pendiri dinasti ini adalah Qasim Khan yang merupakan putra pendiri dinasti Kazan. Pndirian dinasti ini dilatar belakangi oleh terbunuhnya Ulugh oleh seorang teroris yang tidak diketahuai identitasnya.
Setelah dinasti Golden Horde runtuh, maka muncullah kekuatan Tatar Cremia yang didirikan oleh Tokhtamis, saudara Ulub Muhammad Khan (Pendidir Tatar Kazan). Namun ada yang mencatat bahwa justru putranya yaitu Ghazi Girai yang dikenal sebagai pendiri Cremia dimana dinasti Cremia mencapai puncak kejayaan, sehingga penguasa Cremia dikenal sebagai Girai Khan. Dinasti Cremia paling lama berkuasa sekitar 350 tahun dengan penguasa silih berganti sebanyak 62 kali. Lawan yang dihadapi adalah Rusia, Polandia dan Kosak. Walaupun berkali-kali Cremia atas bantuan Turki berhasil menghalau Rusia, namun pada perkembangan selanjutnya Cremia akhirnya direbut oleh Rusia. Disaat perang dunia II ketika tentara Uni soviet mengalahkan Hitler, maka bangsa muslim Tatar menerima tekanan yang lebih berat dari Uni soviet dan sekarang Cremia menjadi bagian dari negara Ukraina. Maka berakhirlah sejarah bangsa muslim Tatar tersebut.
Bab VI Dinasti Ilkhan (1256 – 1335)
Dinasti Ilkhan merupakan cabang dari Dinasti Mongol yang didirikan oleh Hulagu Khan. Hulagu identik dengan penguasa lalim dan kejam, pelenyap pusat peradaban ummat Islam (Baghdad), namun cinta kepada filsafat, arsitektur, seni, kimia, dan sebagainya. Hulagu sangat toleran akan tetapi kemajuan Islam sangat lamban dibanding Kristen dan Budha. Ilkhan berarti kepala suku, namun sebutan ini tidak ada artinya semasa Ghazan Khan yang mendirikan dinasti Muslim independen di Persia dan sekitarnya dengan memutuskan hubungan dengan Khan Agung. Dengan adanya berbagai ancaman baik situasi dan kondisi politik yang memanas maupun serangan pasukan salib gabungan kekuatan kristen dari benua Eropa telah mengakibatkan kekuasaan Islam selama 500 tahun mengalami kekalahan yang tragis. Kekalahan ini salah satunya (terjadi beda pendapat) adalah dendam terpendam oleh kalangan Syiah atas kalangan Sunni, dengan cara wazir Khalifah mengurangi jumlah dan kekuatan pasukan dikota dan membujuk Khalifah untuk menyerah.
Hulagu menjalin hubungan dengan kaum Kristen seperti Raja Armenia dan pasukan salib dari konstatinopel untuk memperkuat posisinya terhadap kemungkinan serangan dari Berke dan sultan Mesir. Speninggal Hulagu, pemimpin dipegang oleh putra sulungnya yaitu Abaga. Dua kali kekuatan Golden Horde menyerang Persia yang saat itu dipimpinan oleh Abaga dan dapat mempertahankan Persia dari serangan tersebut. Kekalahannya baru diterima ketika melawan tentara Mesir dibawah pimpinan Bybars yang dibantu oleh Berke. Sepeninggal Abaga, Tagudar naik menggantikannya dan masuk Islam serta berganti nama Ahmad.
Berbeda dengan ayahnya, ia memilih bekerjasama dengan Mesir dan mengakui Dinasti Mamluk untuk mendapatkan legitimasi dari Khalifah. Ia melindungi, membantu perkembangan Islam, hidup damai dan bersahabat dengan semua ummat muslim. Sikap Ahmad ini tercium oleh kalangan Mongol, Ahmad pun dipecat dan digantikan oleh Arghun yang lebih kejam terhadap kaum muslim dan memecap semua pejabat dari kaum muslim. Perselisihan terjadi antara Ahmad dan Arghun, Ahmad akhirnya kalah dan terbunuh. Ia merupakan shuhada' pertama dari golongan Mongol. Yang menarik adalah, Hulagu merupakan penghancur Islam namun anaknya, Ahmad mati shahid demi Islam.
Kepemimpinan dinasti Ilkhan pasca Ahmad kemudian berturut-turut dilanjutkan oleh Arghun, Ghaykatu, Baydu dan Mahmud Ghazan Khan (penguasa Ilkhan VII dan beragama Islam atas jasa Nawroz). Ghazan membangun peradaban Islam yang telah dihancurkan dan dimusuhi oleh pendahulunya, usaha tersebut telah berhasil mencapai puncak kejayaan dan merupakan era keemasan Islam pasca runtuhnya Baghdad. Kemajuan dibidang ilmu pengetahuan pun berjalan pesat karena Ghazan adalah seorang pecinta ilmu pengetahuan dan ahli dalam berbagai bahasa (9 bahasa). Proses Islamisasi telah mengantarkan Dinasti Ilkhan menjadi dinasti independen. Negeri aman, tentram, bebas dari kelaliman dan bebas KKN berkat usaha keras dari Ghazan, penguasa yang bijaksana paling sukses dalam sejarah Mongol.
Bab VII Hasil Peradaban Dinasti-dinasti Islam Mongol
A. Masa sebelum Islam
Bangsa Mongol identik dengan teror, pertikaian, kerusakan, pembunuh massal, penghancur peradaban dunia. Namun disisi lain juga berjasa atas kemajuan peradaban dunia dan Islam disamping memajukan suatu negara dan rakyatnya. Chengis Khan misalnya, adalah penguasa yang tangguh, disiplin dengan UU Ulang Yassa, tegas, pemberani, ahli dalam berbagai strategi baik politik maupun militer, dan masih banyak lagi sebutan bagi sang penakluk dunia ini.
Bangsa Mongol merupakan raja di Asia dan Eropa. Kebengisan, kekejaman dan pembunuhan massal yang mengerikan dicatatnya dalam sejarah. Negara-negara kuno dimusnahkan dan dijadikan kota indah sebagai pusat peradaban dunia. Mereka mendirikan negara yang kuat, luas dan maju yang dijadikan sebagai tempat wisatawan mancanegara. Pusat pendidikan dan peradaban dibangun sehingga banyak ilmuwan, sastrawan, arsitek, penyair, maupun ekonom seperti Syekh S'adi, Jalaluddin Rumi, Rashid al-Din, al-Juwaini dan lain-lain lahir pada masa ini. Asia, Afrika maupun Eropa berbondong-bondong mengunjungi negara tersebut. Tashkand misalnya, menjadi kota pensuplai segala jenis perdagangan maupun temuan baru termasuk alat-alat perang keseluruh Asia maupun Eropa.
B. Masa Islam
Telah dijelaskan bahwa semasa Dinasti Chaghtai, Mubarok Syah merupakan penguasa muslim pertama dibalik dinasti ini dan menggunakan nama Islam. Pada masa Dinasti Timuriah semasa dipimpin oleh Timur yang merupakan pemimpin yang adil, jitu, handal dan jujur sehingga peradaban maju pesat dan berhasil melakukan perluasan wilayah. Disamping penakluk wilayah, Timur juga ahli dalam ilmu pengetahuan dan pandai memainkan pena. Rakyat Transoxiana merasa makmur ketika dipimpin oleh Timur.
Semasa Dinasti Golden Horde yang berada dilembah Sungai Embu dan Danau Ural, telah lahir seorang politikus yang ulung seperti Berke, seorang pendiri Sarai Baru dan penghapus Yassa dengan syari'at Islam dan pelindung Islam. Ia merupakan penguasa terbaik pada abad XIII M. Selanjutnya Uzbeg Khan yang merupakan periode kejayaan Golden Horge. Ia menerapkan semua administrasi negara dengan aturan Islam yang telah dibangun semasa Berke. Uzbeg telah mendirikan bangunan yang indah termasuk masjid dan lembaga-lembaga pendidikan, perdagangan pun maju pesat dan banyak dikunjungi wisatawan dari belahan dunia termasuk dari China. Pada masa kepemimpinannya, sejarah telah mencatat dalam dinasti Golden Horde bahwa periode ini merupakan negara Islam yang paling sempurna berkat jasa Uzbeg.
Dinasti selanjutnya adalah dinasti Ilkhan, yaitu dinasti yang mana islamisasinya paling maju dan terdepan dalam sejarah bangsa Mongol. Diantara penguasanya yang sukses adalah Ghazan Khan yang memerintah di Iran. Ia adalah penguasa VII yang paling berbakat, meskipun ia keturunan Mongol tetapi gaya kepemimpinannya berbeda dengan pendahulunya. Pemimpin yang adil dan bijaksana yang paling dicintai rakyat dari berbagai lapisan. Reformasi disegala sistem pemerintahan seperti sistem ekonomi ia bangun berlandaskan Islam, karena sistem ekonomi banyak disalahgunakan dan ekonomi merupakan penopang sebuah bangsa termasuk Persia. Ghazan merupakan administrator handal dan sangat peduli terhadap rakyat kecil dan memperhatikan nasib mereka terutama para petani yang sebelumnya hidup dalam kesengsaraan karena kebijakan pemerintah sebelumnya. Sejarah mencatat pula bahwa masa pemerintahannya merupakan pengekspor beras pertama dalam sejarah Ilkhan dan masa kemakmuran Persia.
Semenjak syariat diterapkan, kebiasaan-kebiasaan buruk masyarakat Mongol mulai berkurang bahkan hilang, seperti sistem bunga (rentenir), perbudakan, mabuk-mabukan, masuk ketempat prostitusi. Pejabat pemerintah yang melanggar aturan dan bertindak curang pun dipecatnya. Walaupun Ghazan beraliran sunni, namun ia juga memperhatikan orang-orang Syi'ah. Menurut kaum orientalis dengan nada sinis (karena tidak ada bukti dalam sejarah), Ghazan dianggap kejam dan semena-mena terhadap orang Kristen dan Budha serta menghancurkan tempat ibadahnya. Tetapi sikap keras dan kejamnya Ghazan sebenarnya hanya semata-mata untuk menegakkan keadilan, tanpa pandang bulu termasuk keluarganya sendiri jika melanggar aturan pun akan mendapat sanksi.
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa Hulagu mempunyai pendamping Juwaini dan Thushi. Begitu juga Ghazan, ia mempunyai Rashid al-Din yang merupakan ilmuan, penulis sejarah bangsa Mongol disamping jabatan Perdana Menteri. Perkembangan dibidang bangunan fisik (arsitektur) sangat maju, dibuktikan dengan pembangunan kuburan yang megah sebagai tempat peristirahatannya yang berbeda dengan pendahulunya, perguruan tinggi, rumah sakit, perpustakaan, observatorium, akademi filsafat, perumahan bagi para sayyid di kota Isfahan, Shiraj, Baghdad dan lain sebagainya. Seperti yang diceritakan oleh Rashid, perhatian terhadap golongan sayyid ini dipengaruhi oleh Ghazan pernah bermimpi bertemu Rasulullah sebanyak dua kali.
Perubahan yang fundamental dalam sejarah Ghazan adalam usaha Islamisasi, Iranisasi dan urabanisasi. Ia merupakan sosok yang toleran. Ghazan telah menciptakan Kalender Islam-Ilkhan yang dikombinasikan antara Kalender Mongol dan Kalender Hijriah yang diciptakan oleh Umar bin Khattab. Perubahan lain yang paling mendasar adalah cabang Islam Sunni yang dianut oleh Ghazan, oleh saudaranya (Uljytu) diganti dengan Syi'ah Isna Asy'ariah, namun untuk sistem ketatanegaraan yang talah diterapkan oleh Ghazan tidak digantinya.
Bab VIII Penutup
Sejarah perjalanan penyebaran Islam sangat panjang dan berliku. Setiap masa dan periode yang berbeda, maka berbeda pula cara penyebarannya. Islam yang merupakan agama pembebas bagi kalangan tertindas dan hegemoni penguasa yang non Islam seperti Persia dan Romawi, acap kali dianggap agama yang identik dengan darah dan pedang. Namun pada kenyataannya, tidak sedikit bangsa dan negara menjadi maju dan makmur ketika sistem pemerintahannya menggunakan roda Islam. Penindasan, kekacauan dapat diatasi dan berganti dengan kedamaian dan kerukunan karena Islam menggunakan cara dialog dan kesamaan. Sebagaimana yang dialami bangsa Mongol yang dapat hidup damai dan tentram berkat ajaran Islam yang mereka pegang.
Bangsa Mongol merupakan bangsa yang identik dengan kekerasan dan kebiadaban, namun mereka menerima ajaran Islam sebagai pilihan hidup. Perjalanan sejarah bangsa Mongol telah meninggalkan banyak kenangan, Chengis Khan merupakan pelopor Bangsa Mongol. Tidak sedikit kota dan peradaban dunia maupun Islam yang dihancurkan, namun pada perkembangan selanjutnya dibangun kembali oleh keturunannya dengan megah pula. Ada tiga dinasti besar yang berkembang pada peradaban bangsa Mongol yaitu Chaghtai, Golden Horde, dan Ilkhan. Penorehan sejarah yang luar biasa telah disuguhkan oleh bangsa Mongol yang pernah menguasai sepertiga dunia. Sungguh pencapaian yang fantastis dalam sejarah peradaban dunia.
Judul buku : Islam Di Asia Tengah
(Sejarah Dinasti Mongol – Islam)
Penulis : Prof. Dr. M. Abdul Karim, Double M. A
Penerbit : BAGASKARA Yogyakarta
Cetakan : I, 2006
Tebal : xii + 140 halaman 14,5 x 21 cm.
No comments:
Post a Comment